Bertempat di Hotel Mulia, Senayan, Senin (25/05), Islamic Fashion Festival resmi digelar. Acara yang disokong oleh Yang Amat Berbahagia Datin Paduka Seri Rosmah Mansur, istri dari AB Dato’ Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak, Perdana Menteri Malaysia, ini merupakan sebuah usaha untuk memajukan industri busana muslim di dunia. Acara yang dikepalai oleh Dato’ Raja Rezza Shah dari Malaysia selama 3 tahun ini selalu diselenggarakan di Malaysia, Indonesia, dan Dubai.
Selama penyelenggaraannya, IFF sudah mengajak setidaknya 180 desainer dengan berbagai latar belakang dan bangsa. Tahun ini, untuk pertama kalinya APPMI (Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia), sebuah wadah para desainer Indonesia bergabung dengan IFF. Pada pagelaran yang digelar selama 2 hari ini akan tampil 12 anggota APPMI, antara lain Hannie Hananto, Merry Pramono, Lenny Agustin, Itang Yunasz, Ghea Panggabean, Sebastian Gunawan, dan lainnya.
“IFF diselenggarakan sejak tahun 2006, dan kami memiliki rencana lima tahunan untuk memantapkan perkembangannya. IFF bertujuan untuk mempopulerkan busana muslim ke dunia, agar dikenal secara global, universal. Harapannya, IFF bisa menjadi platform/ibukota dan sebagai penggerak busana Muslim, sebagai penentu arah busana Muslim, dan tak lagi harus berkiblat ke peragaan busana Paris, New York, ataupun London. Kami pun ingin berbagi kepada dunia mengenai kecantikan Islam lewat fashion. Juga sebagai platform untuk merekatkan dunia Muslim,” terang Dato’ Raja Rezza.
Taruna K. Kusmayadi, Ketua Umum APPMI menyatakan, “Harapannya, melalui acara IFF ini, persahabatan antara budaya dan masyarakat Malaysia dan Indonesia akan terjalin lebih dalam. Tidak hanya berupa ‘lip service’, tetapi dalam tindakan nyata.”
Sementara itu, Melinda Looi, salah seorang desainer asal Malaysia, menyatakan sambutan baiknya akan penyelenggaraan IFF, “Saya rasa ini merupakan hal yang baik yang dilakukan oleh Dato’ Rezza karena ajang semacam ini bisa menjadi platform bagi para desainer untuk menciptakan pakaian Muslim yang trendi dan bisa dikenakan sehari-hari,” Ini merupakan ke-5 kalinya Melinda Looi bergabung dengan IFF untuk memeragakan hasil karyanya. “Saya berharap, melalui acara ini, saya secara pribadi bisa memahami busana Muslim lebih mendalam, sekaligus memperkenalkan gaya busana saya kepada para Muslim. Kreasi yang saya tampilkan malam ini terinspirasi dari Timur Tengah. Karena saya disponsori oleh Swarovski, maka banyak elemen yang juga terinspirasi dari kilau Swarovski. Namun, saya juga menambahkan signature style saya, yakni couture dan gaun. Saya ingin busana muslim juga bisa mengenakan gaun,” terangnya.
Festival ini menjadi sebuah ajang bagi para desainer untuk mengasah kreativitas dalam mencipta busana. Contohnya Ghea Panggabean, yang mengambil tema Kraton, dengan gaya Kraton namun tetap mengutamakan kesan santun dan menutup aurat. Ghea membawa detil kostum ala Kraton, seperti jaket beludru dengan sulaman emas di bagian pinggirnya, ditambah kebaya antik gaya para putri di dalamnya. Gaya pakaian para Bedoyo, yakni para penari Kerajaan Kraton pun menjadi inspirasi Ghea pada malam hari itu.
Senada dengan tema budaya lokal yang disandingkan dengan busana Muslim, Ida Royani juga mengambil detil budaya lokal asal Nusa Tenggara Timur. Tenunan Nusa Tenggara Timur muncul dalam tema Hembusan Nusa Tenggara Timur, aksen tenun yang dipadankan dengan busana bersiluet longgar. Balutan warna-warna netral, seperti kecoklatan dan putih gading menambah kesan santun dan elegan dalam setiap koleksi yang manis dan praktis dikenakan sehari-hari.
Sumber : Kompas.com, 26 Mei 2009
Senin, 08 Juni 2009
Islamic Fashion Festival
Diposting oleh Rujiyanto di 06.15 0 komentar
Mode Kaos Muslimah Masa Kini
Pertanyaan tentang mengapa memakai Kaos muslimah berhubungan dengan alasan dibuat Kaos muslimah itu sendiri. Perubahan mode busana muslimah dan gaya berbusana muslimah sendiri menjadi sebabnya.
Pada tahun 1970 an, perempuan kota di Indonesia pada umumnya menggunakan busana mini (skirt di atas lutut). Pengguna busana yang tertutup hanya di pesantren tradisional. Itu pun bentuk kerudung hanya seperti selendang yang dijuntaikan di kepala kemudian ujungnya dililitkan di leher.
Perubahan terjadi sekitar tahun 80 an saat kesadaran beragama mulai muncul di kalangan muda di perkotaan. Di Indonesia, mulai ada perjuangan untuk menggunakan busana muslimah. Pada masa itu, ramai orang mencibir (memandang aneh) para muslimah yang sadar untuk menutup aurat. Bagaimana orang-orang berkomentar miring terhadap pemakai awal kerudung.
Sekitar tahun 90an, walaupun belum seperti sekarang pengguna kerudung dan busana muslimah semakin banyak. Alhamdulillah di era ini walaupun masih terus diperjuangkan, busana muslimah mulai diterima di berbagai kalangan.
Busana muslimah sangat umum terihat di Indonesia setelah tahun 2000an, kalangan atas dari pejabat, artis dan kaum muda di perkotaan sangat bangga menggunakan busana muslimah ini. Tak pelak lagi muncul berbagai designer busana muslimah menawarkan rancangan-rancangan yang cantik. Bahkan sekarang Indonesia adalah surga bagi pengusaha di bidang busana muslim. Dengan penduduk sekitar 250 juta jiwa dan sebagian besar muslim.
Namun, dengan umumnya busana muslimah ini, ada sisi lain di mana muslimah yang memakai kerudung atau jilbab ini menjadi tahu makna busana muslim dari sudut syariat. Walaupun banyak muncul butik busana muslimah tapi nilai berbusana seakan tidak ada. Jilbab muslim/jilbab muslimah yang sebenarnya nyaris tidak ditemukan. Busana ketat, celana panjang ketat ditambah dengan Jilbab mereka rasa sudah cukup. Ini sungguh fenomena menyedihkan.
Oleh karena itu hal ini menggelitik para designer untuk menciptakan busana muslimah yang tidak sempit tapi tetap cantik. Begitu juga sekarang sudah banyak butik muslimah yang menyediakan busana, jilbab muslim/jilbab muslimah, dsb. Ini adalah usaha untuk memberikan yang lebih baik bagi kalangan muda.
Alhamdulillah sebagian musimah-muslimah yang ingin modis ini mulai bersedia mengganti baju-baju mereka. Ternyata sekarang mulai dari pelajar, mahasiswi, ibu-ibu muda pun suka menggunakannya di saat santai karena alasan praktis dan nyaman terutama saat bepergian. Harapan kita semua insya Allah, semoga akan semakin banyak saudara-saudara muslimah kita kembali memakai busana yang mendekati syari’at dan tugas kita untuk menebarkan ruh dari busana muslimah yang mungkin semakin tergilas jaman. Butik muslimah juga bukan sebagai tempat bisnis saja tapi juga menjadi tempat syiarnya cara berbusana yang benar.
Diposting oleh Rujiyanto di 06.08 0 komentar